Senin, Desember 26, 2005

Asal ikut-ikutan, ikut asal-asalan

Akhir pekan kemarin, gw jalan-jalan sembari menikmati kota yang sedang dipengaruhi suasana Natal. Sambil ngelamun duduk di taksi, mata gw tertumbuk pada satu iklan yang terpasang dalam ukuran yang lumayan besar. Tampak seperti undangan untuk acara akhir tahun. Tapi, gw gak melihat gambar di iklan tersebut.Melainkan footernya yang bertuliskan: "RSVP (021-xxx-xxxx)" Hmm... satu lagi mengingatkan gw terhadap undangan dari Microsoft Indonesia untuk menghadiri suatu acara dan kalimat yang gw inget adalah: "untuk RSVP silakan hubungi 021-yyy-yyyy" Apalagi nih?

FYI, RSVP itu adalah singkatan dari Bahasa Prancis yang berbunyi: "réspondez, s'il vous plaît" artinya "mohon dibalas". Prancis menggunakan tata bahasa yang sopan untuk permohonan. Di dunia barat, RSVP biasanya dicantumkan di bagian akhir sebuah undangan. Pihak yang mengundang membutuhkan jawaban dari yang diundang apakah dia bisa datang atau tidak. Jadi bukan hanya menjawab bila tidak bisa datang. Pihak yang mengundang membutuhkan jawaban dari undangan ini untuk menentukan berapa jumlah tamu yang hadir, sehingga bisa menentukan berapa makanan dan minuman yang akan dipesan. Mungkin maksudnya biar nggak mubazir kali ya... beda dengan di Indonesia, dimana kalo ada undangan pernikahan aja makanan dihitung dengan pola perhitungan 2,5xjumlah undangan. Menurut mereka lebih baik lebih ketimbang kurang... beda ya?

Sekarang, mari kita balik lagi di Indonesia tentang RSVP ini. Contoh kasus iklan yang gw lihat di jalanan. Memang masih nyambung dia meletakkan RSVP sebagai footer dari iklannya. Karena iklan itu adalah undangan, dan bila ingin ikut silakan hubungi nomor tersebut. Beda halnya dengan RSVP yang "asli" yaitu bila bisa datang harap nelp, dan gak bisa dateng juga nelp. Tapi dalam kasus ini, RSVP lebih ke arah untuk melakukan reservasi. Kenapa? Coba aja nelp ke nomor tersebut, trus bilang: "wah, maap pak/bu. Saya nggak bisa memenuhi undangannya". Pasti dikira kita orang aneh :)

Trus untuk kasus undangan Microsoft. Yang ini nih yang agak aneh. Masa' institusi sebesar Microsoft melakukan kesalahan seperti ini sih? Ini jelas jelas salah menggunakan RSVP. Gw dulu pernah iseng nanyain ke beberapa temen-temen tentang apa itu RSVP. Kebanyakan jawabannya adalah: "RSVP itu ya Call Center untuk Reservasi". Dia mungkin merasa benar, karena banyak juga orang yang menganggap RSVP itu adalah untuk melakukan reservasi. Yang khawatirnya nanti RSVP itu oleh orang Indonesia dianggap bener untuk Reservasi.

So? Masih mau ngegunain RSVP untuk Reservasi? :)

hint: "googling aja RSVP"

Kamis, Desember 22, 2005

Hmmmm...

Kemarin lagi iseng ngeliatin foto-foto My Friends di situs friendster. Banyak temen-temen gw yang udah merit mengganti foto utamanya menjadi foto anaknya, ato foto dia bersama anaknya. Lutuna :)

Kebayang sih, jadi ibu itu suatu anugrah yang terindah. Memang, nggak semua wanita bisa jadi ibu. Banyak faktor yang bisa menghambat usaha itu. Kalo jaman dulu, tiap kali pasangan yang udah nikah, trus gak dikaruniai keturunan lantas yang disalahkan pasti pihak wanita. Tapi, kalo dilihat lebih dalam lagi nggak selalu wanita yang salah. Emangnya laki-laki gak bisa 'salah' apa? Coba lihat, mulai dari faktor pretesticular, testicular, atau posttesticular, jumlah 'pasukan' kurang dari satu juta sel, bahkan azoospremia [referensi dari ayahbunda-online].

Trus apa? Sebelum merit periksa ke dokter trus hasilnya dua-duanya subur, udah ngerasa yakin bisa punya anak? Nggak juga lho... Gw yakin semua itu urusan yang Maha Kuasa, termasuk urusan jodoh, nikah, dan anak. Makanya gak heran, temen-temen gw yang dulunya 'penggila' ketika masih bujang, sekarang jadi rajin beribadah dan lebih taat menjalankan agama. Jangankan anak, lah calon istri/suami aja itu kalo nggak dideketkan oleh yang Maha Kuasa ya kagak bisa kenalan apa lagi bisa diajak merid.

Nah, demikian juga anak. Di dalam Islam, anak adalah amanat dari Allah, SWT untuk para orang tua. Kalau memang belum dapat anugrah seorang anak, percayalah. Itu adalah yang terbaik buat para orang tua. Tidak semua orang tua berhasil menjaga amanat tersebut. Kita lihat di koran-koran, televisi, dan berbagai media lainnya memberitakan anak membunuh orang tuanya sendiri, anak menjadi penjahat.

[let it be an unfinished thought...]

~ a tribute to a friend ~

Selasa, Desember 20, 2005

Kebosanan di sela-sela rutinitas


Pernah gak si ngerasain bosen menjalani rutinitas sehari-hari?
Dulu sebelum masuk institusi ini, gw gak pernah banget (hmm.. berlebihan gak ya?) ngerasa bosen dengan rutinitas. Dijalanin dengan penuh semangat, ketawa sana sini, becandain temen-temen kantor, maen basket bareng, de el el lah..
Entah kenapa sekarang sering banget ngerasa bosen. Pagi-pagi bangun tuh males banget. Kalo gak cuma sholat subuh doang si kayanya gak bakal bangun pagi kali ya? :p Saptu Minggu kesempatannya bales dendam tidur. Tapi ya itu lagi, pas hari senin males lagi. Bangun pagi, sholat, mandi, dressup, ngantor. Jam 0710 udah harus di kantor. Nerima telp komplain, keluhan, trouble shooting, monitoring akses ke jaringan. Makan siang. Sholat. Nungguin telp komplain lagi.. trus aja sampe maghrib. Meski jam kantor cuma 1615.
Kadang mikir jg, ngapain ya gw pulang malem sementara temen kerja gw yg laen udah pada pulang jam 1630.. Gw pulang malem kagak ada yang komplain, tapi gw datang siang dikit aja dikomplain abis-abisan. Toh gaji yang pulang malem ama yang pulang tepat waktu kagak ada bedanya dikit pun.
Bosen...
Kadang-kadang jg ngabisin waktu dengan nongkrong ama temen-temen di pusat keramaian. Gak terasa ngabisin duit beberapa lembar ngurah rai.Tapi tetep aja ngerasa bosen. Meski udah pindah-pindah mal jg tetep aja bosen.. Aneh nih, padahal kalo dulu sih aktivitasnya itu-itu aja. Pulang kantor bisa ngajakin belanja ke supermarket di kuningan, nonton di bioskop itu2 aja.ngobrol.ke mal jg itu-itu jg. tapi anehnya gak ngerasa bosen.
Heran...
Apa tuntutan dari dalam diri gw meningkat ya seiring dengan pindahnya gw ke institusi ini? hmmpppfff... gw gak menafikkan kepindahan gw ke institusi ini makin membuat gw lebih 'hedonis'.. kategori kebutuhan tertier gw makin melebar. aktivitas gw makin melebar.
tapi tetep aja jenuh jg... browsing pernah jadi pilihan pelampiasan kebosanan. tapi kok ya pernah juga pas ngebuka browser tapi malah bingung mo ngetik url apa. ujung2nya cuma ngeklik ikon google di toolbar browser gw cuma untuk nyari-nyari iseng. kaya keberadaan nama-nama temen gw di google sejauh mana ya? aneh ya..
[cuma mo ngelampiasin kebosanan dengan membuat blog di sela-sela waktu kerja]

Jumat, Oktober 28, 2005

Satu Bahasa, Bahasa Indonesia

Kutipan isi Sumpah Pemuda

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.


Sebenarnya, butir ketiga ini yang ingin saya soroti. Di pusat keramaian seperti mal atau plasa, seringkali saya mencuri dengar orang tua masa kini yang berkomunikasi dengan anaknya yang masih balita dengan Bahasa Inggris. Pada awalnya saya pikir mereka adalah keluarga expatriate. Iseng ingin tahu lebih lanjut, ternyata antara ayah dan ibunya berbicara dengan Bahasa Indonesia.

Hmmm.. mungkin ini pola didik yang ditempuh mereka untuk membiasakan anak-anaknya berbicara bahasa asing. Mungkin mereka ingin anaknya pintar berbahasa asing. Tapi, pikiran dangkal saya membantah pola didik seperti itu. Apakah anak-anak mereka nantinya bisa fasih berbahasa Indonesia?

Saya akui, beberapa teman kerja dan termasuk saya sendiri juga tidak fasih berbicara bahasa Inggris. Mungkin jika ditanya juga apakah kami fasih menggunakan Bahasa Indonesia? hmmm... Saya pribadi menjawabnya tidak. Banyak kata-kata yang masih saya tidak mengerti dalam Bahasa Indonesia, dan hal itu memaksa saya untuk membuka Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Tapi, jangan kita berpikir bahwa penguasaan kosakata kita dimiliki juga oleh lawan bicara kita. Kita lihat jajaran mahasiswa yang bila melakukan orasi menggunakan kata-kata yang kurang umum di khalayak ramai. Kata-kata seperti retorika, kapitalis, pragmatis, praksis tetap diteriakkan dengan lantang di pinggir jalan. Apakah mereka yang mendengarkan mengerti apa yang diteriakkan? Lantas apa gunanya berorasi?

Saya teringat beberapa waktu lalu ketika saya mengajukan (lebih tepatnya dipaksa mengajukan) kartu kredit baru oleh teman kantor. Kebetulan ketika proses verifikasi, yang ditelpon adalah tempat kos saya dan yang menjawab telpon adalah ibu kos yang sudah lumayan sepuh. Ketika pulang kerja beliau menyampaikan bahwa ada yang mencari saya lewat telpon. Lantas dia bertanya, "Tin, verifikasi itu apa ya?" Dengan sebelumnya susah payah menyebutkan kata verifikasi. Tampaknya sang penelpon mengutarakan maksudnya terlebih dahulu di awal pembicaraan yaitu ingin memverifikasi. Tapi kata verifikasi malah membuat bingung ibu kos. Bukankah akan lebih baik menyederhanakan kata bila lawan bicara mulai tidak mengerti kata-kata yang kita ucapkan?

Memang terdengar tidak mangkus dan sangkil bila dijabarkan arti verifikasi, tapi bukankah inti dari komunikasi adalah terjadi perpindahan informasi antar komunikan? Bisa saja kan kita menggunakan kalimat: "Selamat siang Ibu. Maaf, kami dari Kartu Kredit M*******n ingin mengecek kebenaran data atas nama [nama_saya]." Lebih mudah dipahami bukan? :)

Terkadang kita lupa bahwa kalimat yang kita buat tidak dipahami oleh lawan bicara. Mungkin niatnya ingin lawan bicara mengerti bahwa pembicara adalah orang yang berpendidikan, yang mengenyam sekolah tingkat tinggi.. Sekali lagi, .. mungkin.. :)

* Manakah kata berikut ini yang baku?
1. standarisasi / standardisasi
2. apotek / apotik
3. merubah / mengubah
4. November / Nopember
5. Nasihat / Nasehat
6. Resiko / Risiko

Catatan: saya sendiri susah payah menulis blog ini dengan mencoba mematuhi kaidah penulisan yang baku menurut Bahasa Indonesia. Sekali lagi, susah payah :)

Jumat, Juli 29, 2005

Akronim dan Singkatan

Gila! Gw mengawali pagi ini dengan suatu hal yang sedikit memalukan, setelah malam tadi gw lewati dengan sedikit kesedihan... Gw ditanyain oleh atasan gw--well, sebenarnya bukan atasan gw langsung, tapi dua step di atas gw. Beliau bertanya: "Tin, HACMP itu singkatan dari apa si?"

Biasanya, otak gw mampu mengingat berbagai macam akronim dan singkatan dalam dunia IT. Hal ini bukan pertama kalinya beliau bertanya singkatan ke gw dan gw ga bisa njawab. Dulu beliau bertanya: "RTO itu apa sih?" Gw bukan tipe-tipe yang asslicker gitu, yang harus bersikap seolah-olah manis di depan mereka yang merupakan atasan-atasan gw. Tapi ini cukup jadi tamparan bagi daya belajar gw. Bukan itu saja singkatan-singkatan yang gw ga tau artinya, tapi singkatan yang dulunya familiar sekarang jadi lupa. Mulai dari DMZ, MTU, PSN, ICMP, BGP, OSPF hingga singkatan mudah seperti SMTP terlupakan begitu saja...

Sejak gw di institusi ini, daya belajar gw menurun drastis. Gak ada lagi yang namanya research, mbuat paper, dan presentasi dari apa yang gw pelajari. Di samping gw mungkin terlena dengan kenikmatan atas apa yang bisa gw peroleh di sini, mgkn juga di sini ga ada wadah yang bisa menyalurkan keinginan gw.

Di tempat kerja gw sebelumnya, gw bisa melakukan self-learning, membuat paper untuk disharing di suatu repository server, dan melakukan presentasi dalam bahasa Inggris. Cukup menantang dan mengusik jiwa gw yang haus terhadap pengetahuan apapun. Tapi di sini? Yang hanya bisa gw share itu hanya merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh institusi. Padahal, pegawai angkatan baru kaya gw blum bisa dikutsertakan ke beberapa pendidikan. Bisa diikutsertakan dengan perlindungan dan kesepakatan serta membypass beberapa prosedur. Ketika gw dengan sukarela berbagi apa yang gw ketahui, pandangan miris seperti sok jago, terlalu teoritis, dan pandangan negatif lainnya. Mungkin ini yang mengkebiri nafsu belajar gw. Tapi baru kemarin, seorang teman menunjukkan ke gw sebuah repository untuk berbagi. Berbagi apapun termasuk self-learning! hmmm... libido belajar gw mulai naik lagi...

Persetan dengan pandangan-pandangan miris kalian. Toh, gw yakin kalian akan
membutuhkan beberapa ilmu baru dari orang lain untuk bisa bersaing dengan
anak-anak baru seperti gw! Ingat itu!
Gw sendiri belum pernah memetakan apa isi otak gw ini. Beberapa teman kuliah gw pernah berkomentar tentang apa yang bisa gw inget dan disimpan di otak gw. Berbagai macam hal-hal yang ga mudah di inget oleh mereka, gw bisa mengingatnya. IP Address berbagai mesin dan server di kampus masih bisa gw inget. Singkatan,akronim,istilah, atau apapun itu gw bisa menjelaskan dengan gamblang. Gw pikir itu si bukan karena gw nerd, tp mungkin mereka aja yang gak mau mengingatnya. Mereka cuma tertawa dan berkata: "apa sih isi otak lu itu?semua dimasukin ya?"

Pak atasan, mgkn bapak tidak membaca blog gw. Tapi inilah jawaban yang bapak minta...

  • HACMP: High Availability Cluster Multi Processing, suatu teknologi dari IBM untuk menjaga availiability sekelompok resource agar tetap bisa memiliki kinerja yang terbaik, meski salah satu resource rusak.
  • RTO: Recovery Time Objective, jumlah satuan waktu yang diinginkan dari suatu proses recovery terhadap sebuah resource. Jumlah satuan waktu ini berhubungan dengan BCP (Business Continuity Plan) yang ditetapkan oleh institusi untuk menjaga reputasinya tetap baik.
Next time, you could ask me more than these...

~all rise~

Rabu, Juli 27, 2005

C'est le jour final de ma classe française...

Phew... Akhirnya, kelas pendidikan yang bertemakan Bahasa Prancis kelar juga. Pendidikan bahasa ini diselenggarakan oleh salah satu unit di kantor gw bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan Bahasa Prancis CCF. Lumayan juga sih.. Gw gak perlu jauh-jauh ke tempat les yang paling dekat pun sekitar 5 km dari kantor. Gak perlu bermacet-macet ria di jalanan, dan yang mbuat nyaman juga bayarannya jauh lebih murah ketimbang di tempat lesnya sendiri. Inilah yang dinamakan subsidi :)

Tapi mungkin karena di subsidi, jadi kurang merasa memiliki kelas tersebut. Gw masih aja gak ngerti-ngerti amat bahasa Prancis. Kalo mbaca sih agak-agak ngerti apa yang dimaksud, tapi kalo disuruh mbuat kalimat dalam bahasa prancis, wah... susah! Tapi, at least gw udah punya small step for a giant leap buat bahasa prancis...

Kayanya gw harus ngambil les sendiri secara mandiri dah.. Gw masih merasa masih bisa mengusahakan sendiri untuk les. Agar rasa memiliki kelas dapat lebih melekat, dapat lebih membuat gw bertanggung jawab dengan kelas yang telah gw pilih.

Speaking of which, apakah masih ada ya orang yang berpikir kalo segala macam subsidi yang diberikan pemerintah di negara ini hanya untuk orang-orang yang memerlukan? Kita lihat dari subsidi BBM. Dibandingkan dengan negara lain, harga per liter bensin di negara ini jauh lebih murah. Apakah mungkin karena itu, orang-orang jadi tidak merasa 'memiliki' BBM? Perjalanan jarak dekat saja ingin menggunakan mobil. Yah, mungkin pembenaran yang dipakai adalah belum nyamannya public transportation di sini.

Gw jg tidak menyalahkan adanya pembenaran itu... Tapi bukannya akan lebih baik bila subsidi itu cuma diberikan ke mass transportation, sehingga ongkos bis PPD, metromini, kopaja, mikrolet jadi tetap murah. Subsidi tidak diberikan ke mobil-mobil yang berkapasitas silinder besar (mungkin di atas 2000cc) . Biarlah mereka membeli bensin tanpa subsidi. Pemerintah juga sedang berpikir untuk menerapkan kebijakan ini. Alasannya, bila mampu membeli mobil ber-cc gede, artinya orang yang kaya... ntah dari mana penarikan kesimpulan itu muncul tapi yang jelas gw pernah membaca ini di salah satu harian di republik ini.

Secara pribadi gw mendukung hal ini--terlepas dari bagaimana mekanisme pemerintah untuk menjaga agar kebijakan ini dapat diawasi pelaksanaannya. Bukan karena gw blum punya kendaraan pribadi, tapi karena gw pikir masih banyak orang-orang lain yang seharusnya bisa menikmati subsidi ini... Pendidikan, Kesehatan juga membutuhkan dana yang tidak murah untuk diselenggarakan di negara ini...

... just a simple thought ...

Trust is a weakness...


Kalimat itu bukan sebuah basa-basi, ato malah sebuah sikap skeptis terhadap kehidupan sosial. Tapi untuk sebuah keamanan, gak disangkal lagi kalo 'percaya' adalah benda yang sangat mahal untuk diberikan begitu saja.

Kalimat itu gw ambil dari tagline sebuah game PC, Uplink dari introversion. Game yang menempatkan pemainnya sebagai hacker (seharusnya sih cracker, bukan hacker) bayaran. Entah apa yang ada di otak para pembuat game ini. Mau ngelatih orang untuk menjadi hacker beneran ato malah untuk menunjukkan apa aja yang dilakukan hacker dalam kehidupannya? Entahlah. Yang jelas, teknik yang digunakan dalam game ini sebagian besar ada benarnya.

Ngomong-ngomong tentang penjahat dunia maya, baru-baru ini salah satu situs di kantor gw dijahilin orang iseng. Yah, mungkin ini udah inevitable untuk dihack. Bukan apa-apa, tapi kesalahan dasar dari membangun aplikasi berbasis web adalah celah yang dimanfaatkan mereka. Semua orang tahu kalo ada form isian di situs, benda-benda berbahaya seperti tag html, tanda kutip, dan special character lainnya harus di stripping atau di-escape. Tapi kali ini aplikasi ini dibiarkan begitu saja sejak awalnya tercipta.

Kalo gw pikir-pikir, kemana para quality assurance dari pembuat aplikasi ini. Sebegitu getolnya mengatakan kita harus menjaga keamanan aplikasi yang sudah kita buat, bla.. bla... bla... Tapi ketika sekarang udah terjadi, apa yang dilakukan? Cuci tangan dengan tetap menyalahkan pihak pengembang? NOTHING!!!! percuma aja berkoar-koar, teriak sana sini, merecoki pembuat aplikasi dengan wejangan-wejangan yang ga menginjak bumi. Tapi kalo aplikasi udah jalan, dan celah keamanan tetap ada? lagi-lagi saling menyalahkan? gitu? enak ya...

HUH!

Memang, dunia kejahatan seperti ini udah menarik perhatian gw untuk menyelami lebih dalam. Keinginan ini muncul sejak gw jadi korban temen kampus gw sendiri yang menggunakan userid dan password yang didapet dari program yang udah di-tampered. Sebelum kejadian ini pun, ada satu langkah gw yang masih tertahan yang belum bisa gw laksanakan: to be a CEH! Tapi sialnya, kok sang dolar masih tak mau diraih oleh gw jg :( seribu dolar untuk satu lembar pengakuan kalo pemegangnya adalah hacker yang beretika!

... deepest desire? iya! hanya mimpi? NGGAK! ...

akhirnya, bisa mengisi blog ini lagi


phew... memang blog ini dibiarkan kosong... ya, kosong dan hampa untuk beberapa bulan... seperti kosong dan hampanya otak gw untuk beberapa saat... sekarang waktunya untuk menuangkan lagi isi otak gw yang udah lama beku, tak terpakai...

let's get it started...